DDK - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan Budaya Kerja Industri (BAB 4) (Fase E)
(BAB 4) (Kelas E)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH)
dan Budaya Kerja Industri
Kompetensi Dasar
3.4 Menerapkan K3LH dan budaya kerja industri.
4.4 Menganalisis praktik kerja aman dan prosedur darurat, serta menerapkan budaya 5R dan pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi.
Pendahuluan
Dalam setiap lingkungan kerja, terutama di bidang teknik jaringan komputer dan telekomunikasi yang sering melibatkan penggunaan peralatan listrik, bekerja di ketinggian, dan penanganan perangkat sensitif, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) adalah prioritas utama. Tidak hanya untuk melindungi diri sendiri dan rekan kerja, tetapi juga untuk memastikan kelancaran operasional dan kualitas hasil kerja. Selain K3LH, budaya kerja industri yang baik juga memainkan peran krusial dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan aman. Modul ini akan membimbing Anda untuk memahami praktik-praktik kerja yang aman, mengenali berbagai bahaya di tempat kerja, mengetahui prosedur dalam keadaan darurat, serta menerapkan budaya 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Kita juga akan secara spesifik membahas pencegahan dan prosedur kerja di tempat tinggi, yang sangat relevan dalam instalasi telekomunikasi. Memahami dan menerapkan materi ini akan membekali Anda menjadi profesional yang bertanggung jawab dan kompeten.
A. Praktik-praktik Kerja yang Aman dan Bahaya di Tempat Kerja
Memahami dan menerapkan praktik kerja yang aman adalah langkah pertama dalam mencegah kecelakaan dan cedera. Ini dimulai dengan mengenali potensi bahaya di lingkungan kerja.
1. Praktik-praktik Kerja yang Aman:
a. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Selalu gunakan APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan, seperti helm keselamatan, kacamata pelindung, sarung tangan, sepatu keselamatan (safety shoes), rompi reflektif, dan harness (untuk bekerja di ketinggian).
b. Mematuhi Prosedur Operasional Standar (SOP): Ikuti setiap langkah yang ditetapkan dalam SOP untuk setiap tugas. SOP dirancang untuk memastikan pekerjaan dilakukan dengan aman dan efisien.
c. Inspeksi Peralatan: Periksa kondisi peralatan dan perkakas sebelum digunakan. Pastikan tidak ada kerusakan atau cacat yang dapat menyebabkan kecelakaan.
d. Penanganan Bahan Berbahaya: Jika bekerja dengan bahan kimia atau limbah elektronik, ikuti prosedur penanganan, penyimpanan, dan pembuangan yang benar.
e. Posisi Kerja Ergonomis: Pastikan posisi tubuh saat bekerja nyaman dan tidak membebani, terutama saat mengangkat beban berat atau bekerja di depan komputer dalam waktu lama.
f. Kesadaran Lingkungan Sekitar: Selalu waspada terhadap lingkungan kerja, perhatikan potensi bahaya, dan jangan terganggu.
2. Bahaya-bahaya di Tempat Kerja:
a. Bahaya Fisik:
Ketinggian: Risiko jatuh dari tangga, menara, atau atap.
Listrik: Sengatan listrik, korsleting, kebakaran akibat instalasi yang buruk.
Mesin dan Peralatan: Terjepit, terpotong, atau terluka oleh bagian bergerak mesin.
Kebisingan: Kerusakan pendengaran akibat suara bising yang berlebihan.
Suhu Ekstrem: Heatstroke di tempat panas, hipotermia di tempat dingin.
Pencahayaan Buruk: Kelelahan mata, risiko tersandung.
b. Bahaya Kimia: Paparan bahan kimia berbahaya (misalnya, cairan pembersih, pelarut) yang dapat menyebabkan iritasi kulit, masalah pernapasan, atau keracunan.
c. Bahaya Biologis: Paparan bakteri, virus, jamur (misalnya, di tempat kerja yang kotor atau lembap).
d. Bahaya Ergonomi: Cedera muskuloskeletal akibat gerakan berulang, posisi kerja yang buruk, atau pengangkatan beban yang tidak benar.
e. Bahaya Psikososial: Stres kerja, burnout, pelecehan, kekerasan di tempat kerja.
B. Prosedur-prosedur dalam Keadaan Darurat
Mengetahui apa yang harus dilakukan dalam situasi darurat dapat menyelamatkan nyawa dan meminimalkan kerugian.
1. Definisi Keadaan Darurat:
Situasi tak terduga yang mengancam keselamatan, kesehatan, atau lingkungan, dan memerlukan tindakan segera.
2. Jenis-jenis Keadaan Darurat di Bidang TJKT:
a. Kebakaran: Akibat korsleting listrik, peralatan panas berlebih, atau bahan mudah terbakar.
b. Sengatan Listrik: Kontak langsung dengan sumber listrik.
c. Kecelakaan Kerja: Jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, cedera akibat alat.
d. Bencana Alam: Gempa bumi, banjir, longsor (terutama untuk infrastruktur telekomunikasi).
e. Tumpahan Bahan Berbahaya: Tumpahan cairan kimia atau limbah elektronik.
3. Prosedur Umum dalam Keadaan Darurat:
a. Tetap Tenang: Panik dapat memperburuk situasi.
b. Prioritaskan Keselamatan Diri dan Orang Lain: Jauhkan diri dari bahaya langsung.
c. Bunyikan Alarm/Peringatan: Segera berikan peringatan kepada orang lain di sekitar.
d. Hubungi Pihak Berwenang/Tim Darurat: Telepon pemadam kebakaran, ambulans, atau tim K3 perusahaan.
e. Ikuti Rute Evakuasi: Pergi ke titik kumpul yang aman sesuai dengan denah evakuasi.
f. Jangan Kembali ke Area Berbahaya: Kecuali Anda adalah petugas penyelamat terlatih.
g. Berikan Pertolongan Pertama (jika terlatih): Jika ada korban dan Anda memiliki pelatihan P3K.
h. Laporkan Insiden: Setelah situasi aman, laporkan detail kejadian kepada atasan atau tim K3.
C. Penerapan Budaya Kerja Industri (5R)
Budaya 5R adalah metode penataan dan pengelolaan lingkungan kerja yang berasal dari Jepang (5S: Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke). Ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih efisien, aman, dan nyaman.
1. Definisi Budaya 5R:
Ringkas (Seiri): Memilah dan membuang barang-barang yang tidak diperlukan di tempat kerja. Hanya simpan yang benar-benar dibutuhkan.
Rapi (Seiton): Menata barang yang diperlukan di tempat yang mudah dijangkau dan mudah dikembalikan. Setiap barang memiliki tempatnya.
Resik (Seiso): Membersihkan tempat kerja secara teratur, menghilangkan debu, kotoran, dan limbah.
Rawat (Seiketsu): Menjaga kondisi Ringkas, Rapi, dan Resik secara berkelanjutan, serta membuat standar untuk itu.
Rajin (Shitsuke): Membiasakan diri untuk selalu menjaga dan meningkatkan budaya 5R. Menjadikannya kebiasaan baik.
2. Manfaat Penerapan Budaya 5R di Bidang TJKT:
Peningkatan Keamanan: Mengurangi risiko tersandung, terjatuh, atau kecelakaan akibat barang berserakan.
Efisiensi Kerja: Peralatan dan bahan mudah ditemukan, mengurangi waktu yang terbuang.
Peningkatan Kualitas: Lingkungan kerja yang bersih dan teratur mendukung pekerjaan yang lebih presisi.
Pengurangan Limbah: Meminimalkan barang yang tidak perlu.
Peningkatan Moral Karyawan: Lingkungan kerja yang nyaman meningkatkan motivasi.
Perawatan Peralatan: Peralatan yang rapi dan resik cenderung lebih terawat dan awet.
D. Pencegahan Kecelakaan Kerja di Tempat Tinggi dan
Prosedur Kerja di Tempat Tinggi (Pemanjatan)
Bekerja di ketinggian adalah salah satu aktivitas paling berisiko di bidang TJKT, terutama untuk instalasi telekomunikasi (menara, tiang). Pencegahan dan prosedur yang ketat sangat penting.
1. Definisi Kerja di Tempat Tinggi:
Pekerjaan yang dilakukan di lokasi di mana terdapat risiko jatuh dari ketinggian, seperti di atas menara, atap gedung, tiang, atau platform yang ditinggikan.
2. Pencegahan Kecelakaan Kerja di Tempat Tinggi:
Penilaian Risiko: Lakukan penilaian risiko menyeluruh sebelum memulai pekerjaan di ketinggian.
Pelatihan Kompeten: Hanya personel yang terlatih dan bersertifikat yang boleh bekerja di ketinggian.
Perencanaan Pekerjaan: Rencanakan setiap langkah pekerjaan dengan detail, termasuk alat yang dibutuhkan dan prosedur darurat.
Penggunaan APD yang Tepat: Wajib menggunakan full body harness, safety lanyard, helm, sepatu keselamatan, sarung tangan.
Sistem Penahan Jatuh (Fall Arrest System): Pastikan harness terhubung ke titik angkur yang kuat dengan lanyard yang sesuai.
Pengamanan Area Kerja: Pasang barikade atau tanda peringatan di bawah area kerja untuk mencegah orang lain masuk.
Inspeksi Peralatan Ketinggian: Periksa kondisi tangga, perancah, harness, dan lanyard sebelum setiap penggunaan.
3. Prosedur Kerja di Tempat Tinggi (Pemanjatan):
Izin Kerja (Work Permit): Pastikan semua izin kerja yang diperlukan telah diperoleh dan disetujui.
Briefing Keselamatan (Toolbox Meeting): Lakukan briefing singkat dengan tim untuk membahas tugas, bahaya, dan prosedur keselamatan.
Pengecekan APD: Setiap individu harus memeriksa APD mereka sendiri dan rekan kerja.
Pemasangan Titik Angkur: Pastikan titik angkur (anchor point) kuat dan aman sebelum memanjat.
Teknik Pemanjatan yang Benar: Gunakan teknik pemanjatan yang diajarkan dalam pelatihan, selalu menjaga 3 titik kontak (tangan/kaki) saat bergerak.
Penggunaan Lanyard Ganda (Double Lanyard): Saat bergerak di ketinggian, selalu pastikan setidaknya satu lanyard terhubung ke titik angkur yang aman.
Komunikasi: Jaga komunikasi yang jelas dengan tim di bawah atau rekan kerja di ketinggian.
Penanganan Alat: Gunakan tali pengaman alat (tool lanyard) agar alat tidak jatuh dan melukai orang di bawah.
Prosedur Penyelamatan: Tim harus memiliki rencana dan peralatan untuk penyelamatan jika terjadi insiden.
Zona Aktivitas
A. Uji Pengetahuan (Nilai Pengetahuan I)
1. Sebutkan tiga contoh APD yang wajib digunakan saat bekerja di bidang TJKT dan jelaskan fungsinya.
2. Jelaskan perbedaan antara bahaya fisik dan bahaya ergonomi di tempat kerja. Berikan masing-masing satu contoh.
3. Sebutkan tiga langkah pertama yang harus Anda lakukan jika terjadi kebakaran di tempat kerja.
4. Jelaskan arti dari "Ringkas" dan "Rapi" dalam budaya kerja 5R.
5. Mengapa penilaian risiko sangat penting sebelum memulai pekerjaan di tempat tinggi?
B. Praktikum (Nilai Praktik 1)
Buat kelompok dengan anggota maksimal tiga siswa. Lakukan hal berikut:
1. Inspeksi Lingkungan Kerja: Lakukan inspeksi singkat di laboratorium komputer atau bengkel sekolah Anda. Identifikasi:
Dua potensi bahaya fisik yang Anda temukan.
Satu contoh penerapan budaya "Resik" atau "Rapi" yang sudah ada.
Satu area yang perlu perbaikan dalam hal "Ringkas" atau "Rapi".
2. Simulasi Prosedur Darurat: Pilih salah satu skenario darurat (misalnya, tumpahan cairan kimia ringan atau korsleting listrik kecil). Diskusikan dan simulasikan langkah-langkah yang akan Anda ambil sesuai prosedur darurat yang telah dipelajari.
Presentasikan hasil pengamatan dan simulasi kelompok Anda di depan kelas.
Eksperimen (Nilai Proyek I)
Pilih salah satu dari tugas berikut:
1. Desain Poster K3LH:
Buat desain poster digital atau manual (ukuran A3) tentang "Praktik Kerja Aman di Laboratorium Jaringan". Poster harus mencakup:
Minimal 3 praktik kerja aman.
Minimal 2 bahaya yang mungkin terjadi.
Penggunaan APD yang relevan.
Visualisasi yang menarik dan mudah dipahami.
2. Analisis Kasus Kecelakaan Kerja:
Cari satu berita atau studi kasus tentang kecelakaan kerja di bidang konstruksi atau telekomunikasi (terutama yang melibatkan ketinggian atau listrik). Buat laporan singkat (maksimal 2 halaman) yang menganalisis:
Penyebab kecelakaan.
Bahaya yang terlibat.
Bagaimana kecelakaan tersebut bisa dicegah dengan penerapan K3LH yang benar.
Pelajaran yang dapat diambil dari kasus tersebut.
Rangkuman
1. Praktik kerja yang aman meliputi penggunaan APD, mematuhi SOP, inspeksi peralatan, dan kesadaran lingkungan.
2. Bahaya di tempat kerja dapat berupa fisik (ketinggian, listrik), kimia, biologis, ergonomi, dan psikososial.
3. Prosedur dalam keadaan darurat meliputi tetap tenang, membunyikan alarm, menghubungi tim darurat, evakuasi, dan memberikan pertolongan pertama.
4. Budaya kerja industri 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) meningkatkan efisiensi dan keamanan lingkungan kerja.
5. Pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi melibatkan penilaian risiko, pelatihan, APD yang tepat (harness, lanyard), dan sistem penahan jatuh.
6. Prosedur kerja di tempat tinggi (pemanjatan) meliputi izin kerja, briefing keselamatan, pengecekan APD, teknik pemanjatan yang benar, penggunaan lanyard ganda, dan penanganan alat yang aman.
Ulangan Akhir Bab 1
A. Pilihlah salah satu jawaban yang tepat.
1. Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib digunakan untuk melindungi kepala dari benturan atau kejatuhan benda adalah ....
a. Sarung tangan
b. Kacamata pelindung
c. Helm keselamatan
d. Sepatu keselamatan
e. Rompi reflektif
2. Berikut yang merupakan contoh bahaya fisik di tempat kerja adalah ....
a. Stres kerja
b. Paparan bakteri
c. Risiko jatuh dari ketinggian
d. Gerakan berulang
e. Keracunan bahan kimia
3. Jika terjadi korsleting listrik dan percikan api di laboratorium, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah ....
a. Mencoba memadamkan api dengan air.
b. Segera membunyikan alarm kebakaran.
c. Melanjutkan pekerjaan seperti biasa.
d. Menghubungi teman.
e. Membuka jendela.
4. Konsep 5R yang berfokus pada pemilahan dan pembuangan barang yang tidak diperlukan adalah ....
a. Rapi
b. Resik
c. Rawat
d. Rajin
e. Ringkas
5. Mengapa penggunaan full body harness sangat penting saat bekerja di menara telekomunikasi?
a. Untuk membuat pekerja terlihat lebih profesional.
b. Untuk melindungi dari sengatan listrik.
c. Sebagai bagian dari sistem penahan jatuh untuk mencegah cedera serius.
d. Untuk menjaga tubuh tetap hangat.
e. Agar alat tidak jatuh.
6. Berikut yang bukan merupakan manfaat dari penerapan budaya 5R di tempat kerja adalah ....
a. Peningkatan keamanan.
b. Efisiensi kerja.
c. Peningkatan jumlah barang yang tidak terpakai.
d. Peningkatan kualitas kerja.
e. Pengurangan limbah.
7. Prosedur kerja di tempat tinggi yang mengharuskan pekerja selalu menjaga setidaknya satu lanyard terhubung ke titik angkur saat bergerak adalah ....
a. Penggunaan tangga.
b. Briefing keselamatan.
c. Penggunaan lanyard ganda.
d. Penilaian risiko.
e. Izin kerja.
8. Bahaya yang timbul akibat posisi kerja yang buruk atau gerakan berulang disebut bahaya ....
a. Fisik
b. Kimia
c. Biologis
d. Ergonomi
e. Psikososial
9. Apa tujuan dari "Briefing Keselamatan" (Toolbox Meeting) sebelum memulai pekerjaan berisiko?
a. Untuk membagikan jadwal makan siang.
b. Untuk membahas tugas, bahaya, dan prosedur keselamatan.
c. Untuk menghitung jumlah jam kerja.
d. Untuk memperkenalkan karyawan baru.
e. Untuk merencanakan liburan.
10. Jika Anda melihat tumpahan cairan yang tidak dikenal di lantai laboratorium, langkah pertama yang aman adalah ....
a. Mencoba membersihkannya dengan tangan kosong.
b. Menutupinya dengan kain.
c. Segera menjauh dari area tersebut dan melaporkannya.
d. Membuangnya ke saluran air.
e. Mencium baunya untuk mengidentifikasi.
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar.
1. Jelaskan bagaimana penerapan SOP yang ketat dapat mencegah kecelakaan kerja, meskipun pekerja sudah berpengalaman.
2. Berikan contoh bagaimana bahaya listrik dapat terjadi di bidang TJKT dan bagaimana praktik kerja aman dapat mencegahnya.
3. Jelaskan mengapa penting untuk memiliki titik kumpul yang jelas dalam prosedur evakuasi darurat.
4. Bagaimana budaya "Rawat" dalam 5R berkontribusi pada pemeliharaan peralatan di bengkel TJKT?
5. Sebutkan tiga risiko spesifik yang terkait dengan pekerjaan di ketinggian (selain jatuh) dan bagaimana prosedur kerja yang benar dapat memitigasinya.
0 komentar: